TIMES NATUNA, JAKARTA – Hanbok pakaian tradisional Korea yang masih terjaga kelestariannya hingga saat ini. Bahkan banyak tempat wisata di Korsel yang menawarkan sewa hanbok untuk sesi permotretan.
Dikutip dari berbagai sumber, hanbok diperkirakan sudah ada sejak abad abad ke-3 SM hingga 668 M. Jejak hanbok dapat ditemukan pada mural makam kuno Goguryeo sekitar 1.500 tahun lalu, serta arca tanah liat buatan masyarakat zaman Silla yang disebut Dogu.
Desain pakaian tradisional ini terpengaruh oleh budaya Maongol dan China daratan. Elemen dasar hanbok terdiri dari jeogori (atasan), chima (rok), dan baji (celana) sudah ada sejak periode tersebut.
Seiring berjalannya waktu, hanbok juga mengalami perkembangan dan perubahan desain. Meski demikian, elemen dasarnya tetap sama.
Hanbok juga terbagi menjadi beberapa jenis. Yaitu hanbok kerajaan, hanbok tradisional, hanbok kasual dan hanbok magoja. Seperti namanya hanbok kerajaan hanya digunakan oleh raja, permaisuri dan anggota keluarga raja lainnya. Bisa menggunakan berbagai warna namun dibuat dengan kain mewah dan ada aksen emasnya.
Hanbok tradisional mengacu pada tradisi sejak awal hanbok tercipta. Pakaian ini terdiri dari bagian atas dan bawah. Untuk wanita, menggunakan rok, sementara pria mengenakan celana.
Hanbok kasual menggabungkan gaya modern sekaligus tradisional. Terdapat pola bunga, renda, serta aksesori hias. Sedangkan hanbok magoja yang sengaja dibuat untuk disewakan atau dijual pada wisatawan.
Bagi warga Korea, hanbok merupakan simbol budaya sekaligus menunjukkan strata sosial. Kalangan atas memakai hanbok dari kain rami yang ditenun atau bahan kain berkualitas tinggi, seperti bahan yang berwarna cerah pada musim panas dan bahan kain sutra pada musim dingin. Mereka menggunakan warna yang bervariasi dan terang.
Soal warna juga menjai acuan bagi penggunanya untuk membedakan status sosial khususnya pada zaman kerajaan.
Hanbok putih dan hijau dapat dipakai oleh bangsawan dan rakyat biasa. Yang membedakannya adalah bahan yang digunakan. Hanbok hitam biasanya dipakai oleh para intelektual juga raja/ ratu.
Perempuan yang telah menikah di kalangan warga biasa menggunakan hanbok berwarna kuning digunakan secara terbatas oleh raja dan keluarga kerajaan. Hanbok kuning juga biasanya dipakai di musim semi sebagai bentuk syukur dan kehangatan.
Ada juga hanbok warna emas yang hanya dipakai oleh ratu atau permaisuri. Namun biasanya raja atau ratu menggunakan hanbok warna papun dengan aksen emas pada hanboknya.
Hanbok pink, dipakai oleh gadis para bangsawan. Hanbok merah dipakai oleh raja dan bangsawan. Namun lebih banyak digunakan untuk acara kebesaran istana atau pernikahan.
Pemakaian khusus untuk warna hanbok itu kini nyaris tidak berlaku lagi. Bahkan banyak hanbok yang menggunakan warna lain yang lebih menarik seperti ungu. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Ternyata Warna Hanbok Menunjukkan Status Sosial, Ini Penjelasannya
Pewarta | : Dhina Chahyanti |
Editor | : Dhina Chahyanti |