Kopi TIMES

Kesiapan Perguruan Tinggi Survive pada Masa New Normal

Sabtu, 29 Agustus 2020 - 02:16
Kesiapan Perguruan Tinggi Survive pada Masa New Normal Nurul Aziza, Dosen Fakultas Teknik, Universitas Maarif Hasyim Latif

TIMES NATUNA, SIDOARJO – Untuk mencegah penyebaran covid 19, Menteri Pendidikan dan kebudayaan mengimbau penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi dilakukan secara daring atau belajar daring. Semua elemen yang terlibat baik dosen, mahasiswa, staf melakukan aktivitas kegiatan pembelajaran dan administrasi melalui daring.

Selama masa penyesuaian itu, muncul opini pro kontra di kalangan mahasiswa dan dosen sebagai personel yang bertanggungjawab melakukan transfer knowledge karena berbagai kendala dan keterbatasan sarana prasarana, kemampuan menyerap teknologi yang berkembang secara cepat.
Belum stabilnya kondisi berbagai zona penyebaran menjadi dilema beberapa perguruan tinggi dalam penerapan pembelajaran apakah  100% menggunakan media belajar daring atau ada pertimbangan melakukan kegiatan tatap muka dengan tingkat komposisi tertentu dan tetap memperhatikan protokoler kesehatan.

Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia pun belum memberikan kepada semua perguruan tinggi untuk melakukan pembelajaran tatap muka secara sepenuhnya. Berbagai jajak pendapat dilakukan untuk mendapatkan respon terhadap penerapan pembelajaran daring.

Hasil jajak pendapat di kampus menunjukkan bahwa belajaran daring tidak sepenuhnya berjalan efektif. Ketidaksiapan dosen dalam hal materi masih dirasa kurang dengan media pembelajaran yang berbeda-beda. Beberapa media yang digunakan beraneka ragam, mulai dari e-learning kampus, zoom meeting, google meet, google classroom, bahkan masih ada beberapa dosen yang menggunakan media whatsapp dan voice note.

Di sisi lain, mahasiswa mengeluhkan kebutuhan paket kuota internet yang berlebih padahal dari pihak kampus sudah memberikan bantuan dana untuk paket internet, namun masih jauh dari cukup. Belum lagi ditambah dengan kurang pahamnya mahasiswa terhadap materi yang diberikan dosen melalui daring, yang jauh berbeda dengan metode pembelajaran tatap muka.

Kondisi pandemi juga memberikan dampak pada berkurangnya pemasukan dana bagi kampus karena kondisi mahasiswa yang terdampak, menyebabkan kampus harus sesegera mungkin menemukan solusi dan strategi-strategi baru agar bisa bertahan, apalagi bagi perguruan tinggi swasta.
Penerimaan mahasiswa baru dimasa sulit ini juga dirasakan di banyak perguruan tinggi. Jumlah mahasiswa baru turun drastis dan tentu saja akan berdampak pada tingkat pemasukan dana untuk menutupi biaya operasional kampus. Masa pandemi ini memang memaksa semua pihak untuk berpikir keras agar bisa bertahan. Tidak hanya dunia pendidikan namun banyak sektor merasakan hal yang sama.

Masa pandemi memang memukul telak hampir di semua sektor, namun menyerah bukan hal yang tepat. Bagaimanapun perguruan tinggi harus mampu bertahan dengan berbagai cara agar lulusannya memiliki kompetensi  dan capaian pembelajaran lulusan yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Beberapa strategi yang dilakukan mungkin terlihat ekstrem namun kondisi pandemi memaksa semua pihak untuk saling menyadari. Efisiensi beban mengajar dosen juga harus dirombak, keikutsertaan para civitas akademika untuk melakukan promo kepada masyarakat, memberikan program-program penawaran khusus kepada calon mahasiswa baru adalah langkah awal untuk mendongkrak tingkat penerimaan mahasiswa baru.
Keunggulan media pembelajaran, materi,studi kasus, pendidikan karakter harus disesuaikan dengan kondisi agar mahasiswa, dosen, staf, lulusan mampu bertahan di masa pandemi. Keterampilan sivitas akademika untuk mencari informasi resmi di lingkungan kampus juga harus dipahami baik penggunaan e-learning dan bagaimana penggunaan sistem informasi lainnya melalui email dan media sosial lainnya.
Kurangi membaca berita-berita negatif dan hoaks agar semua orang berpikiran positif. Banyak hal bisa dilakukan mahasiswa dan lulusan memiliki softskill agar mampu bertahan dalam masa sulit. Berbagai kegiatan untuk mahasiswa dimasa pandemi bisa dilakukan dengan menambah kemampuan literasi, cara menulis, membaca yang baik dan benar, dosen dan mahasiswa aktif ikut serta baik sebagai pemateri maupun peserta webinar gratis untuk meningkatkan kompetensi.

Dosen memberikan tugas kelompok untuk menumbuhkan sikap partnership, leadership, dan kepedulian. Meningkatkaan kemampuan mahasiswa untuk menggunakan media-media google docs, google form, google sheets dan berbagai  media sharing dikarenakan tuntutan kondisi yang mengharuskan semuanya serba online. Dosen juga wajib meningkatkan kemampuannya dalam hal teknologi tanpa alasan dan dilaksanakan demi kebaikan bersama. Penambahan intensitas webinar bagaimana cara mengatasi stres, mengalihkan kejenuhan menjadi kegiatan produktif misalnya menulis buku, puisi, cerita pendek selama masa pandemi dan banyak hal.

Perguruan tinggi juga mulai mengevaluasi, dan bahkan menghilangkan posting biaya-biaya yang tidak perlu agar cukup dana untuk bertahan dimasa pandemi.

Masa pandemi ini memang berat, namun jika diatasi bersama-sama dengan kepedulian tinggi untuk bisa bertahan, insyaAllah semua akan teratasi. Siap tidak siap, perguruan tinggi harus siap meski dengan "terseyek-seyek" sekalipun. Tetap semangat dan optimistis bahwa semua ini akan berlalu, maka energi positif akan memberikan dampak yang positif pula dan bahkan makin produktif. Percaya dan yakin sepenuhnya, Allah tidak akan menguji umatnya di luar batas kemampuannya (QS Al-Baqarah; 286).
 

***


*) Penulis: Nurul Aziza, Dosen Fakultas Teknik, Universitas Maarif Hasyim Latif

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

Pewarta :
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Natuna just now

Welcome to TIMES Natuna

TIMES Natuna is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.